prolog
Awan mendung menghiasi hariku ,derai hujan menghentikan langkahku
Ditengah
kota sunyi , aku berdiri
Di
batas waktu, ku mencari arti
Derasnya hujan di langit
bandung tak membuat kulit dan tulangku kedinginan, detik demi detik rentetan
air hujan menghujam seluruh tubuh ini , seperti senapan serbu yang mencoba
menembus lemahnya ragaku , menggeliat dan melubangi pori-pori kulitku , air hujan yang mencoba membangunkan jiwa
yang rapuh ini.
Di sepanjang jalan padjajaran angin dan hujan bercampur
ber-adu kiat meghantam kasarnya jalanan aspal , seperti suara distorsi yang menghancurkan
indahnya alunan melodi , pohon-pohon ber-ayun tak ter-arah ter-ombang ambing selayaknya hujan dan angin menjambak memukul
untuk mencoba mencabut akar yang telah ter-tanam kokoh di basahnya tanah yang
terhujani.
Lantas aku pijakan saja kaki ini , seperti hari-hari
biasa langkah demi langkah mendarat pelan di permukaan jalan yang tergenang air
hujan, licin karena lumut yang tak ter-urus kotor karena gundukan debu yang
kian menggunung.
Hampir setengah jam aku berjalan , kakiku berkerut menggigil kedinginan
begitu terasa karena tipisnya kulit sepatu yang bergesek meninggalkan banyak
lecet di sebagian kulit ibu jariku.
Hampir setengah perjalanan menuju pulang, tapi entah apa
yang ada dibenakku rasanya igin ku ulangi
saja perjalanan ini di awalku melangkah pulang
Deru hujan kian menghilang,
menjauhi mendungnya awan di pelataran langit yang begitu luas.
Untuk apa aku
berada disini?
Dengan siapa aku harus
pergi?
Sampai dimana aku
berlari?
Sejauh mana aku
meyakini?
Oh TUHAN untuk sekedar
mengangkat kedua tangan ini pun terasa berat rasanya ,dan bertanya pun aku tak pernah
sanggup maka sambutlah jiwa ini TUHAN
bebaskan jiwa yang lemah dan berkarat ini dari dalam ragaku.
senja berganti gelap di iringi sahutan adzan maghrib yang begitu keras
mengalun kencang di relung hati ini ,berdansa mengelilingi batas memoriku
seolah sengaja merasuki batin yang sedang bergemuruh pedih, yang kian mencoba
merubah segenap lirih,
prolog novel energi psikis chapter 1 (senandung)
4/
5
Oleh
denis pea
