Minggu, 28 Agustus 2016

prolog novel energi psikis chapter 1 (senandung)



prolog
Awan mendung menghiasi hariku ,derai hujan menghentikan langkahku
                   Ditengah kota  sunyi , aku berdiri
                   Di batas waktu, ku mencari arti
Derasnya hujan di langit bandung tak membuat kulit dan tulangku kedinginan, detik demi detik rentetan air hujan menghujam seluruh tubuh ini , seperti senapan serbu yang mencoba menembus lemahnya ragaku , menggeliat dan melubangi pori-pori kulitku , air hujan yang mencoba membangunkan jiwa yang rapuh ini.
            Di sepanjang jalan padjajaran angin dan hujan bercampur ber-adu kiat meghantam kasarnya jalanan aspal , seperti suara distorsi yang menghancurkan indahnya alunan melodi , pohon-pohon ber-ayun tak ter-arah ter-ombang ambing selayaknya hujan dan angin menjambak memukul untuk mencoba mencabut akar yang telah ter-tanam kokoh di basahnya tanah yang terhujani.
            Lantas aku pijakan saja kaki ini , seperti hari-hari biasa langkah demi langkah mendarat pelan di permukaan jalan yang tergenang air hujan, licin karena lumut yang tak ter-urus kotor karena gundukan debu yang kian menggunung.

Hampir setengah jam aku berjalan , kakiku berkerut menggigil kedinginan begitu terasa karena tipisnya kulit sepatu yang bergesek meninggalkan banyak lecet di sebagian kulit ibu jariku.
            Hampir setengah perjalanan menuju pulang, tapi entah apa yang ada dibenakku rasanya igin ku ulangi saja perjalanan ini di awalku melangkah pulang
Deru hujan kian menghilang, menjauhi mendungnya awan di pelataran langit yang begitu luas.
            Untuk apa aku berada disini?
            Dengan siapa aku harus pergi?
            Sampai dimana aku berlari?
            Sejauh mana aku meyakini?
Oh TUHAN untuk sekedar mengangkat kedua tangan ini pun terasa berat rasanya ,dan bertanya pun aku tak pernah sanggup maka sambutlah jiwa ini TUHAN bebaskan jiwa yang lemah dan berkarat ini dari dalam ragaku.
senja berganti gelap di iringi sahutan adzan maghrib yang begitu keras mengalun kencang di relung hati ini ,berdansa mengelilingi batas memoriku seolah sengaja merasuki batin yang sedang bergemuruh pedih, yang kian mencoba merubah segenap lirih,

alunan adzan yang bersenandung di segenap keraguan jiwaku.
                                                                                              klik halaman 1

Artikel Terkait

prolog novel energi psikis chapter 1 (senandung)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email