Selasa, 27 September 2016

novel energi psikis bab1 - ritual




Halaman 3


Sebelum pergi mengisi perutnya, seperti biasa darda pun melangkah terlebih dahulu kekamar adik tercinta yasinta, darda pun mengetuk pintu dua kali secara perlahan sebab darda tak ingin mengganggu tidur nyenyak sang adik.
Darda  membuka pintu kamar adiknya berjalan perlahan dan duduk persis di samping yasinta, dengan senyuman lemah dan tatapan lesunya darda pun meraih tangan sang adik, dia menutup matanya seolah khusyuk mendoakan kesehatan sang adik, alunan doa yang tak terdengar karena angin lebih sibuk bergumam.
“amin” timbal yasinta mendengar kakaknya memanjatkan doa, tetapi darda tak pernah mendengar jawaban sang adik karena dia lebih dulu melangkah keluar. Dengan senyuman lebar yasinta pun menarik selimutnya kembali, seolah dia sudah tahhu bahwa dua ketukan pelan di pintunya itu adalah sang kakak yang baru pulang bekerja.
           
Tak banyak waktu yang bisa dia ceritakan kepada sang kakak, tak sedikit pun keluh dan kesal dia luapkan, sebab yasinta sama sekali tak mau menggangu istirahat darda, karena baginya darda adalah sosok kakak yang penuh tanggung jawab, kebisuan ini membuat banyak pertanyaan, dan kehampaan adalah semua jawaban.
Hanya hari minggu yang selalu yasinta tunggu karena di hari itu sang kakak bisa sepenuhnya ia miliki, tetapi tak juga banyak opsi untuk sekedar memilah kegembiraan dan kesedihan.
“hanya satu pintaku tuhan, jauhkan kakak dari segala keburukan dan keraguan”
Kutipan yang selalu yasinta katakan di setiap doa-doa nya.
           
Dahinya mulai  mengkerut, matanya tertutup pula bibirnya yang bergetar sebab yasinta tak sanggup menahan air matanya yang berlinang membasahi se isi kamar, entah apa yang ada di fikirannya yasinta begitu kencang memeluk guling yang ia pegang, Di atas kamar tidur yang penuh harapan ini yasinta memanjat doa.

            “darda ayo isi dulu perutmu yang kosong itu” sahut sang nenek, iya nek timpal darda menjawabnya, darda pu lekas pergi ke ruang makan, darda pun duduk rapih dan tertib selayaknya pelanggan setia di sebuah restoran.
Sang nenek mengambil semangkuk nasi dan satu buah sendok plastic berwarna putih, lalu di guyurkan sup bayam serta sepasang tahu dan tempe di atas nya, indah tersusun rapih bak sajian istimewa ala chef di acara televisi.
“maaf ya, nenek Cuma bisa menghidangkan ala kadarnya” sembari memberikan makan malam kepada cucu tersayangnya.
            Tidak nek, darda yang minta maaf darda tidak bisa memberikan nenek uang lebih untuk berbelanja, itu semua bukan keslahan nenek, itu tanggung jawab darda , nenek pun tersenyum lepas.

Sang nenek terus menatapi wajah cucu kesayangannya, darda yang tertunduk lahap dengan khusyuk menyantap hidangan yang di buat oleh sang nenek.
                                                                                                           halaman 4

Artikel Terkait

novel energi psikis bab1 - ritual
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email