Halaman 12
Iya bu anna ada
yang bisa saya bantu? darda bukan
seorang yang pemalu dengan wajah bekunya dia pun menjawab, selain petugas
penjaga keamanan yang datang lebih awal, anna pun sering terlihat siap siaga
sebelum darda beraktivitas walaupun sama sekali belum pernah ada orang di
hadapannya selain darda sendiri, anna hanya duduk dan berdiam diri dan sesekali
dia memainkan ponsel pintarnya.
“iya nih darda
tolong bersihin meja anna, kotor tadi habis minum kopi” seru anna kepada
darda, iya bu darda kesana jawab
darda mengiyakan,
“gak usah panggil ibu kali, darda” sembari tersenyum kesal anna
protes,
Tak ada jawaban dari mulut
dingin darda dia hanya tersenyum kecil.
Darda pun mengambil handuk di lehernya dan mulai
menggosokannya ke noda kopi di meja sang resepsionis, ke atas dan bawah gerakan
teratur yang dilakukan darda membuat meja yang kusam itu kini mulai cerah dan mengkilat,
Selang di akhir tugasnya di
tengah meja, darda mendapati sebuah catatan pena berwarna hitam di meja anna yang
bertuliskan angka 3053x “tidak, itu bukan apa-apa!!” seru ana dengan
raut wajah yang agak memaksakan tersenyum sembari menatap darda, tak lama anna
pun mengambil gunting kukunya dan mengeluarkan pisau kecil yang berada
ditengahnya.
“grkgrkgrk” suara gesekan pisau menghancurkan lapisan cat
di meja anna, dengan tangan kanan dia melakukannya berulang-ulang ke arah kiri,
“awwww!” suara anna yang kesakitan karena dia terlalu
kencang menggesekan pisau ke mejanya, hingga pisau kecil itu mengenai jempol di
tangan kiri anna, dan darah pun mengalir pelan di sela-sela kulit anna yang
robek.
Secara reflek darda pun mengambil beberapa helai tissue
dan memegang tangan anna, tetapi tak ada kata-kata kekhawatiran yang darda
ungkapkan dia hanya coba menutup dan membersihkan darah yang mengalir di jemari
anna.
Rahang yang bergetar dan mata
yang bergoyang perlahan terlihat jelas oleh anna,
“darda kamu kenapa?” Tanya anna
melihat kejanggalan di raut wajah darda,
Gak apa-apa bu, tunggu sebentar darda mau ngambil obat merah dan plester,
“ya” jawab anna, sembari menunggu
darda kembali anna pun membalut tangan nya dengan tissue dan melanjutkan untuk
menghapus catatannya.
Tak beberapa lama darda pun
datang dan mendekati anna, lalu memegang tangannya, maaf bu saya pegang tangannya sahut darda sembari mengoleskan obat
merah ke jemari anna.
Tetapi tak ada jawaban yang diberikan anna, hanya mata yang berbinar dan
bibir yang terjepit kedalam mulut, membuat lekukan di pipi anna terlihat begitu
tak biasa untuk diperhatikan orang-orang ataupu lelaki dihadapannya itu,
tetapi tukar tatapan mata itu
tak pernah terjadi dihadapan anna, hanya hawa dingin yang dirasakannya saat darda
sedang memplester jarinya.
Darda pun selesai memplester
jari anna yang tertusuk pisau kecil, sudah
bu
Sahut darda sambil menatap
dingin anna , “lain kali kalau mau pegang
tangan bilang dulu, baru saya jawab” seru
anna dengan tangan kanan yang memegang pinggang dan memasang muka marah yang
terpaksa, iya maaf bu jawab darda,
Anna pun membalas dengan
tawa kecilnya, “ yasudah beres beres lagi
sana”
novel energi psikis bab 3 - reaksi
4/
5
Oleh
denis pea