Rabu, 28 September 2016

energi psikis chapter 1 bab 2 - lurus

Halaman 9

            Sebab cuaca di pagi hari ini tak seperti hari hari biasanya, mereka pun berpamitan pada sang nenek “nek berangkat dulu ya assalamuallaikum” ujar darda dan yasinta, Waallaikumsallam jawab sang nenek, mereka pun bergegas meninggalkan rumah dan mulai melangkahkan diri.
            Jarak sekolah yasinta hanya sekitar 15 menit dari rumahnya, adik darda yang sudah duduk di kelas 5 sd itu umurnya baru memasuki tahun ke 8 karena menurut para guru dia benar benar terlampau pintar hingga para guru memaksanya untuk langsung masuk ke kelas 5 sekolah dasar, walaupun yasinta baru sekolah disana 2 minggu yang lalu sejak mereka pindah kerumah neneknya.

            Hujan masih saja tetap setia membasahi disetiap sudut jalan yang tak begitu ramai, tak banyak yang mereka perbincangan selama adik dan kakak itu berjalan, hanya pertanyaan biasa yang sering dilontarkan yasinta kepada kakaknya.
Gedung dan toko berjejer berderetan rapihseolah menyambut kedatangan mereka, disepanjang jalan tak Nampak hal spesial yang bisa mereka ingat ataupun perhatikan untuk sekedar membawanya pulang dan menjadi bahan perbincangan dirumah.
            Hanya beberapa mobil dan motor yang lewat di besarnya  jalanan yang sepi itu, seolah hujan menakuti orang orang untk melakukan aktivitas sehari hari.
Erat memeluk bahu sang adik, tangan kiri darda pun mulai melepaskan pegangannya, seolah seseorang melukis senyuman di wajah,mereka pun saling menatap dan tersenyum kecil tepat di depan sd mutiara sekolah adiknya.
Udah sampai tuh ayo pergi ke kelas!! Ujar darda kepada yasinta,
“iya kak” sambil mencium tangan sang kakak,yasinta pun berlari ke arah gerbang sekolah.

            15 menit pertama bagi darda karena perjalanannya masih sangat lama untuk mencapai tempatnya bekerja, langkah demi langkah darda tak Nampak mengeluarkan ekspresinya karena di sisi kanan ataupun kirinya hanya berjejer rumah besar dan bertingkat yang jarang sekali dia melihat orang untuk sekedar saling menatap satu sama lain.
            Itulah yang membuatnya tertunduk  dia mengantar adiknya pergi kesekolah, 30 menit yang ia habiskan untuk kekosongan kini mulai merasakan sedikit antusias di jantung dan benaknya, muka yang semula tertunduk kini menatap kiri dan kanan 15 menit yang membuatnya merasa tak lagi merasa kesepian.
            Mata yang lesu dan lemah kini mulai berbinar, seolah cahaya lampu restoran derra merasukinya, sebuah restoran yang ramai pengunjung yang tak pernah masuk akal karena hampir setiap hari restoran itu tidak pernah sepi, seolah sesuatu menarik pengunjung agar datang kesana.

                                                                                                            halaman 10

Artikel Terkait

energi psikis chapter 1 bab 2 - lurus
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email